HAKEKAT DAN PENDEKATAN SISTEM DALAM PENGEMBANGAN
BELAJAR MENGAJAR
Disusun
Oleh :
JAMALUDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH BOGOR
Jalan Raya Dramaga Km. 7, Margajaya, Bogor Barat, Jawa Barat,
Indonesia
TAHUN
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Alloh SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentangHakekat Dan Pendekatan Sistem Dalam
Pengembangan Belajar Mengajar.
Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini terutama Ma’had Huda
Islami Bogor Indonesia.
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh
karena itu dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penyusun dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pengertian dan tujuan rencana strategi belajar mengajar,
begitu pula manfaatnya untuk pendidikan di negri
tercinta ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bogor, Januari 2016
JAMALUDIN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 3
1.2 Rumusan Permasalahan .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah..........................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 5
2.1. Hakikat belajar ........ 5
2.1.1. Definisi belajar ............................................................................. 5
2.2.
Hakikat Pembelajaran........................................................................................ 5
BAB III PENUTUP 8
3.1.
Kesimpulan 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Rasulullah Saw pernah bersabda
“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap Muslim”. Adapula orang yang menyatakan
carilah ilmu sejak berada dalam buaian sampai liang lahat. Dua pernyataan di
atas memberikan gambaran bahawa ilmu merupakan perkara yang sangat
penting.Dengan ilmu, manusia menjadi terampil. Dengan ilmu pula, manusia
menjadi mahkluk yang bijak tahu mana yang baik, dan mana yang buruk, tahu apa
yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Karena kedudukan ilmu seperti
itulah, manusia dengan berbagai cara berusaha untuk mendapatkannya. Usaha untuk
mendapatkan ilmu itu kita kenal dengan istilah belajar.
Apa hakikat belajar? “Belajar adalah
suatu proses”. “Belajar adalah suatu Sistem”.Pertanyaan dan pernyataan tersebut
telah cukup memberi gambaran bahwa belajar merupakan suatu perkara yang cukup
rumit untuk dikaji. Berbagai teoriti tentang belajar telah banyak dikemukakan
teori-teori tersebut saling melengkapi satu sama lain, sehingga menjadi sebuah
panduan bagi guru dalam mengajar. Seorang guru yang tidak memahami hakikat
belajar dengan baik, tidak akan menjadi pengajar yang baik.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang yang telah kami
uraikan mengenai penulisan makalah ini kami merumuskannya sebagai berikut:
- Apakah
hakikat belajar?
- Apakah
hakikat mengajar?
- Apa
maksud melajar mengajar sebagai suatu sistem?
1.3. Tujuan Pembuatan
Makalah
Pembuatan makalah ini adalah guna mengetahui jawaban masalah masalah
yang berkaitan dengan pengertian dan
tujuan rencana strategi belajar mengajar demi keberlangsungannya pendidikan di
Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat Belajar
2.1.1. Definisi Belajar
Banyak orang memahami bahwa belajar
adalah menerima dan menghafal materi yang diberikan oleh seorang guru.Dan
seorang siswa telah dianggap belajar apabila mampu menjawab soal-soal dalam
ujian.Adapula yang memahaminya sebagai serangkaian latihan keterampilan yang
harus dijalani seorang siswa. Dua pemahaman tersebut mungkin benar akan tetapi
apakah belajar hanya berupa penguasaan materi pelajaran dan keterampilan? Untuk
memahaminya secara utuh sebaiknya kita pahami berbagai definisi tentang belajar
yang dikemukakan oleh para ahli.
Dr. Oemar Hamalik mendefinisikan
belajar sebagai perubahan dan persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan
perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih
lengkap.Definisi ini memberi pengertian, bahwa belajar adalah perubahan baik
perubahan persepsi maupun perubahan tingkah laku. Sementara itu Muhibbin Syah,
memberikan definisi belajar yang agak berbeda belajar menurut beliau adalah
perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Definisi ini
memiliki kelebihan dan kekurangan apabila dibandingkan dengan definisi pertama tadi.Kelebihannya
memuat sifat dari perubahan itu, yaitu relative menetap atau permanen, dengan
demikian perubahan yang tidak tetap bukanlah belajar. Selanjutnya perubahan itu
merupakan hasil dari pengalaman dan interaksi yang melibatkan proses kognitif.
Jika ada perubahan yang terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan, yang
tentunya tidak melibatkan proses kognitif, bukanlah belajar. Sedangkan
kekurangannya adalah bentuk perubahan (Perubahan Persepsi) tidak disebutkan
sebagai belajar.
Untuk melengkapi definisi tentang
belajar kami mengutip penjelasan yang diberikan oleh Prof. Dr. Abin Syamsudin
Makmun.“Perubahan itu mungkin merupakan suatu penemuan informasi atau
penguasaan suatu keterampilan yang telah ada mungkin pula bersifat tambahan
atau perkayaan dari informasi atau pengetahuan atau keterampilan yang telah ada
bahkan mungkin pula merupakan reduksi atau menghilangkan sifat kepribadian
tertentu atau perilaku tertentu yang tidak dikehendaki (misalnya kebiasaan
merokok, ekpresi marah, takut dan sebagainya).
Bertitik tolak dari penjelasan di
atas, kiranya dapat dikemukakan beberapa hal tentang belajar:
a. Belajar
merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku baik
kognitif, afektif maupun psikomotor.
b. Bersifat
Relatif Permanen, yang berarti akan bertahan dalam waktu yang relatif lama,
tetapi perubahan tersebut tidak akan bertahan terus, pada waktu tertentu akan
mengalami perubahan lagi sebagai akibat belajar.
c. Perubahan
tersebut dapat aktual, nampak, tetapi juga dapat bersifat potensial yang tidak
nampak pada saat itu tetapi akan nampak di lain kesempatan.
d. Perubahan
tersebut melalui pengalaman dan latihan, bukan karena faktor kematangan,
kelelahan, atau hal-hal yang bersifat Temporer.
2.2.Belajar sebagai suatu sistem
Banyak faktor yang mempengaruhi
proses belajar semua berinteraksi di dalamnya yang pada akhirnya akan
mempengaruhi hasil belajar. Apabila salah satu factor terganggu maka proses
akan terganggu dan hasilpun akan terganggu, masing-masing faktor tersebut
saling kait mengait satu sama lain, karenanya belajar itu merupakan suatu
sistem.
Sistem adalah merupakan jumlah
keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja bersama untuk mencapai
hasil yang diharapkan berdasarkana atas kebutuhan yang telah ditentukan.Setiap
sistem pasti mempunyai tujuan, dan setiap kegiatan dari komponen-komponen
adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan tersebut.
Masukan mentah adalah individu atau
organisme yang akan belajar. Misalnya siswa, mahasiswa atau anak yang akan
belajar. Masukan instrumental adalah masukan yang berkaiatan dengan alat-alat
atau instrumen yang digunakan dalam proses belajar. Misalnya rumah, kamar,
gedung, peraturan-peraturan.Peraturan merupakan masukan isntrumen yang lunak,
sedangkan kamar, rumah, gedung merupakan masukan instrumen yang keras.Masukan
lingkungan merupakan masukan dari yang belajar dapat merupakan masukan
lingkungan fisik maupun non fisik. Misalnya tempat belajar yang gaduh atau
ramai merupakan hal yang kurang menguntungkan untuk proses belajar.
2.2.1.
Hakikat Pembelajaran
Pengertian mengajar ditafsirkan
berbeda-beda oleh para ahli.Ada yang merumuskan bahwa adalah mewariskan
kebudayaan masa lampau, kepada generasi baru secara turun temurun sehingga
terjadi konservasi kebudayaan. Adapula yang menyatakan bahwa mengajar adalah
proses menyampaikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa. Rumusan lainnya
menyetakan bahwa mengajar adalah mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses
belajar itu harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri dengan kata lain
anak-anaklah yang harus aktif belajar sedangkan guru bertingkat sebagai
pembimbing. Pada dasarnya pandangan ini menegaskan bahwa mengajar ialah
membingbing kegiatan belajar anak. Secara lebih terperinci, konsep-konsep
tentang mengajar dikemukakan lagi oleh Oemar Hamalik dalam bukunya “Kurikulum
dan Pembelajaran “sebagai berikut :
1. Mengajar
adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik / siswa di sekolah:
Dalam rumusan ini terkandung
beberapa konsep:
a.
Pembelajaran
merupakan persiapan masa depan, dan sekolah berfungsi mempersiapkan mereka agar
mampu hidup dalam masyarakat yang akan datang.
b.
Pembelajaran
merupakan proses penyampaian pengetahuan.
c.
Tinjauan
Utama Pembelajaran adalah menguasaan pengetahuan.
d.
Guru
dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa, dia menentukan segala hal yang
dianggap tepat untuk disajikan kepada para siswanya.
e.
Siswa
bersikap dan bertindang pasif, dia hanya menerima apa yang diberikan oleh
gurunya.
f.
Kegiatan
pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas, tembok sekolah menjadi benteng yang
kuat yang membatasi hubungan dengan kehidupan masyarakata.
2. Mengajar
adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan
sekolah
Implikasi dari rumusan ini sebagai
berikut:
a.
Pembelajaran
bertujuan membentuk manusia berbudaya. Peserta didik diajar agar memiliki
kemampuan dan kepribadian sesuai dengan kehidupan budaya masyarakat itu.
b.
Pembelajaran
berarti suatu proses pewarisan. Dengan sendirinya apa yang dimiliki oleh nenek
moyang pada masa lampau itu harus diwariskan kepada turunan berikutnya.
c.
Bahan
Pembelajaran bersusmber dari kebudayaan. Kebudayaan dan hasil kedudayaan
diwariskan kepada siswa yang umumnya berupa benda dan non benda; tertulis atau lisan
dan berbagai betuk tingkah laku, norma dan lain-lain.
d.
Siswa
sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan. Mereka harus mampu memamnfaatkan
teknologi, sebagai aspek dari kebudayaan untuk kehidupannya, serta mampu
mengadakan penemuan-penemuan baru mengembangkan kebudayaan yang telah ada.
3. Pembelajaran
adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi
peserta didik
Implikasi
rumusan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan
bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta didik, baik tingkah
laku jasmaniah maupun tingkah laku rohaniah
b. Kegiatan
belajar berupa pengorganisasian lingkungan. Sekolah berfungsi menyediakan
lingkungan yang dibutuhkan bagi perekembangan tingkah laku siswa, antara lain
menyiapkan program belajar, bahan pelajaran, alat bantu metode, dan lain-lain.
Selain itu guru sendiri, suasana kelas, kelompok siswa, lingkungan di luar
sekolah semua menjadi lingkungan belajar yang bermakna bagi perkembangan
peserta didik.
c. Peserta
didik sebagai suatu organisme yang hidup. Aktivitas belajar sesungguhnya
bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru berkewajiban menyediakan
lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju ke arah tujuan yang
diinginkan. Dalam hal ini guru sebagai organisator bagi siswa yang potensial
itu, sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal
4. Pembelajaran
adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang
baik
Rumusan
ini bertitik tolak dari pandangan bahwa pendidikan itu diarah untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan masayarakat. Implikasi dari dari rumusan ini adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan pembelajaran adalah
pembentukan warga Negara yang produktif, yaitu yang memiliki keterampilan
berbuat dan bekerja menghasilkan barang- barang dan benda-benda kebutuhan
masyarakatnya.
b. Pembelajaran berlangsung dalam
suasana kerja, di mana siswa mendapat latihan dan pengalaman praktis.
c. Peserta didik sebagai warga Negara
yang berpotensi untuk bekerja. Siswa tidak menginginkan berdiam diri dan pasif,
semua ingin bekerja bermain dan aktif melakukan kegiatan, yang tentunya semua
itu harus disalurkan, jika tidak maka akan mengakibatkan tingkah laku yang
tidak diharapkan.
d. Guru sebagai pimpinan dan
pembingbing bengkel kerja. Guru harus menguasai program keterampilan khusus dan
menguasai strategi pembelajaran keterampilan serta meyediakan proyek-proyek
kerja dan menciptakan berbagai kesibukan yang bermakna
5. Pendekatan
dan Metode
Pendekatan atau approach merupakan
pandangan falsafi terhadap subjek-matter yang harus diajarkan, yang urutannya
melahirkan metode mengajar. Dan dalam pelaksanaannya dijabarkan dalam tehnik
penyajian bahan pelajaran.
Ada beberapa pendekatan belajar dan
mengajar yang akhir-akhir ini mendapat perhatian, di antaranya.
a. Enquiry
Discovery Learning (Belajar menemukan sendiri)
Dalam pendekatan ini guru tidak
menayjikan bahan pelajaran dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang
untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan tehnik pendektan
pemecahan masalah
b. Expository
learning
Dalam sistem ini guru menyajikan
bahan pelajaran dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis,
dan lengkap, sehingga anak didik hanya menyimak dan merencanakan saja.Secara
tertib dan teratur. Prosedur yang biasa ditempuh adalah
1) Preparasi
(menyiapkan bahan secara lengkap dan sistematis)
2) Apersepsi
3) Presentasi
4) Resitasi
c. Mastery
learning
Mastery learning atau biasa disebut
belajar tuntas, adalah pendekatan yang bertujuan agar materi pelajaran dikuasi
oleh murid secara tuntas. Ada beberpa factor yang mempengaruhi penguasaan
penuh, antara lain:
1) Bakat
untuk mempelajari sesuatu
2) Mutu
pengajaran
3) Kesangguapan
untuk memahami pengajaran
4) Ketekunan
5) Waktu
yang tersedia untuk belajar.
d. Humanistic
education
Pendekatan ini menitikberatkan pada
upaya untuk membantu siswa agar sanggup mencapai perwujudan dirinya sesuai
dengan kemampuan dasar dan keunikannya.Karakteristik metode ini adalah bahwa
guru tidak membuat jarak terlalu jauh dengan siswanya.Ia harus menempatkan diri
dan berdampingan dengan siswa sebagai senior dan konsultan.
Selain pendekatan dalam proses
belajar mengajar komponen yang tidak
BAB
III
KESIMPULAN
Dari uraian pada bab sebelumnya,
kami menyimpulkan bahwa dalam hakikatdan pendekatan sistem belajar mengajar
terdapat hal-hal sebagai berikut:
1. Hakikat
belajar adalah perubahan tingkah laku yang permanent sebagai akibat dari
latihan dan pengalaman.
2. Mengajar
bukan hanya mentransfer pengetahuan, akan tetapi seluruh upaya pengaturan
lingkungan belajar mengajar bagi anak didik agar mereka dapat belajar secara
efektif.
3. Belajar
mengajar sebagai suatu sistem adalah proses pembelajaran yang melibatkan
berbagai komponen yang saling mempengaruhi satu sama lain dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
4. Komponen-komponen
yang terlibat dalam proses belajar mengajar adalah;
a. Tujuan
b. Guru
c. Murid
d. Materi
pelajaran
e. Pendekatan
dan metode pembelajaran
f. Alat
Bantu mengajar
g. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Oemar
Hamalik, 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Al Gesindo,
2004.
Muhibbin
Syah, M. Ed, 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru, Bandung: Rosda.
Abin
Syamsudin Makmun, MA, 2000. Psikologi Kependidikan, Bandung: Rosda.
Abu
Ahmadi, Joko TP, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka
Setia.
Ahmad
Tafsir, 2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Rosda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar