SUKSES UTS
JAM MENIT DETIK
Jam Menit Detik ini adalah suatu moto untuk keberhasilan bangsa menjadi Budi pekerti yang luhur dan berahlakurkarimah dan bertaqwa
Arsip Blog
-
▼
2016
(10)
- ▼ 01/31 - 02/07 (1)
- ► 01/17 - 01/24 (4)
- ► 01/10 - 01/17 (4)
- ► 01/03 - 01/10 (1)
-
►
2013
(10)
- ► 02/10 - 02/17 (10)
Senin, 01 Februari 2016
Sabtu, 23 Januari 2016
BERBAGAI MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTRUKSIONAL
BERBAGAI MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTRUKSIONAL
Disusun
Oleh :
JAMALUDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH BOGOR
Jalan Raya Dramaga Km. 7, Margajaya, Bogor Barat, Jawa Barat,
Indonesia
TAHUN
2016
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Alloh SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang
berbagai model pengembangan sistem
intruksional.
.
Makalah
ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini terutama Ma’had Huda Islami Bogor Indonesia.
Terlepas
dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penyusun
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir
kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang berbagai model pengembangan sistem intruksional, begitu pula
manfaatnya untuk pendidikan di negri tercinta
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bogor, Januari 2016
JAMALUDIN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 3
1.2 Rumusan Permasalahan .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah..........................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 5
2.1. Definisi Pengembangan Intruksional............................................................... 5
2.2. Proses pengembangan system Instruksional............................................. 5
2.3.
Macam-macam Pengembangan Pembelajaran Instruksional............................ 5
BAB III PENUTUP 8
3.1.
Kesimpulan 8
3.2.
Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Mengajar merupakan pekerjaan professional yang tidak
bisa lepas dari berbagai macam problema, apalagi yang dihadapi masyarakat yang
dinamis. Guru sebagai pendidik dan pengajar dalam melaksanakan tugasnya sering
menemukan problema-problema yang dari waktu kewaktu selalu berbeda, apalagi
bila dihubungkan dengan keperluan perorangan atau kemasyarakatan, maka keaneaan
problematika tersebut makin luas. Sabenarnya problematika tersebut datang dari
implikasi dinamika masyarakat itu sendiri, yaitu menunjukkan hidup manusia
menuntut kemajuan-kemajuan yang perlu dipenuhi oleh masyarakat itu sendiri.
Akan tetapi problema yang menuntut kepada penelitian yang cermat mengenai
sumber-sumber penyebabnya dan akibat-akibat apa yang akan timbul bila tidak
terselesaikan.
Oleh karena
itu dalam melaksanakan tugasnya, guru mempunyai banyak problema yang terkait
dengan anak didik, kurikulum, metode pengajaran, dan tuntutan umum yang
lainnya. Dari berbagai dinamika dan problem-problem diatas, guru masih dituntut
untuk bersikap professional, walaupun tidak didukung dengan sarana yang layak,
jadi disini kerja guru ekstra atau harus bekerja secara optimal.
1.2.Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Model
Pengembangan Sistem Instruksional ?
2.
Apa yang menjadi Dasar Pengembangan
Sistem Instruksional ?
3.
Bagaimana proses pengembangan model
sistem instruksional ?
4.
Apa saja Model – Model Pengembangan
Sistem Istruksional ?
1.3.Tujuan Makalah
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar bertambahnya wawasan mahasis
terhadap bagaimanakah pengembangan sitem instruksional tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Pengembangan
Instruksional
Ada dua konsep pokok yang perlu anda pahami terlebih
dahulu, "model" dan "sistem instruksional". Secara umum
istilah "model" diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan Sistem instruksional
dibentuk oleh dua konsep "sistem" dan "instruction".
"System" yang untuk selanjutnya diterjemahkan menjadi
"sistem" oleh Wong dan Raulerson (1973:9) diartikan sebagai "a
set of parts united by some form of interaction" suatu perangkat
dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan
saling mempengaruhi. "Interaction" yang diterjemahkan menjadi
"pembelajaran dan pengajaran" dan "bahan instruksi" dalam
arti perintah oleh Saylor dan Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan
kurikulum (curriculum implementation) atau dalam pengertian yang lebih
khusus "instruction" merujuk pada "proses belajar
mengajar" atau "proses pengajaran" (teaching-learning process).
Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis,
prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemkiran bersifat
uraian atau penjelasan berikut saran. Uraian atau penjelasan menunjukan bahwa
suatu model disain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran
dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi,
komunikasi, system, dan sebagainya.
Komponen
pokok sistem instruksional ialah tujuan, pengalaman belajar, pengorganisasian
pengalaman belajar dan evaluasi.
Dalam merumuskan tujuan, khususnya tujuan
instruksional ada dua pandangan yang dapat dijadikan pegangan.Pertama,
bahwa suatu tujuan harus dirumuskan secara prilaku atau behavioral dan karena
itu tujuan tersebut disebut behavioral objectives.Kedua, bahwa
tujuan tidak harus dirumuskan dan diukur secara parsial tetapi dalam suatu
kesatuan dapat disebut jugaexpressive objectives. Di indonesia yang
paling banyak dipakai adalah behavioral objectives.
Sistem Intruksional menunjukan pada pengertian
pengajaran sebagai suatu sistem, yaitu sebagai suatu kesatuan yang
terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu
sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagai suatu sistem,
pengajaran mengandung sejumlah komponen, antara lain: materi
pelajaran, metode, alat, evaluasi, yang kesemuanya itu berinteraksi
satu sama lain di dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan.
Pada zaman dahulu, rencana untuk
mengembangkan sistem dan desain instruksional kebanyakan dibuat berdasarkan
atas intuisi, maksud yang jelas, dan penilaian yang subjektif.Namun, pada
dewasa ini dengan berkembangnya teori-teori tentang bagaimana siswa belajar,
berkembangnya macam-macam paket atau media belajar, ditemukannya
metode-metodebelajar baru, telah mendorong para pendidik untuk mencari
pendekatan baru dalam mengembangkan sistem dan desain instruksional.
Pendekatan baru ini didasarkan atas kenyataan bahwa
kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat kompleks terdiri atas
banyak komponen yang satu sama lain harus bekerja bersama secara baik untuk
mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Pengembangan perencanaan untuk tujuan tersebut yang
sekarang mendapat perhatian besar adalah didasarkan atas konsep sistem. Konsep
sistem ini menurut kemp "refers to the technical integration of men and
machine”.
Konsep pendekatan sistem tersebut membedakan mana-mana
tugas yang kiranya lebih baik bila dikerjakan oleh manusia, dan mana yang
paling baik bila dilakukan oleh mesin.Diterapkan kepada kegiatan pendidikan,
konsep pendekatan sistem pada hakikatnya adalah proses untuk menemukan suatu
cara untuk memecahkan problem pendidikan dan mencari alternatif
pemecahannya.Mengembangkan berarti "membuat tumbuh secara teratur untuk
menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan
sebagainya".
Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses
secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pengajaran, agar
mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan.
Sistem instruksional adalah semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji
dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan
senyatanya.Definisi pengembangan instruksional adalah "suatu proses
menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa
dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah
lakunya. Pengembangan sistem instruksional lebih lanjut meliputi proses
"monitoring" interaksi siswa dengan situasi dan pengalaman belajar,
agar para penyusun desain instruksional dapat menilai efektivitas suatu desain.
Dua macam proses pengembangan sistem instruksional.
Prosedur atau proses yang ditempuh oleh para pengembang instruksional
bisa meliputi dua cara:
1. Dengan
pendekatan secara empiris. Disini paket atau bahan pengajaran disusun
berdasarkan pengalaman si pengembang, siswa disuruh mempelajari lalu hasilnya
diamati. Bila hasilnya tidak sesuaidengan apa yang diharapkan, materi
pengajaran tersebut direvisi dan pekerjaan penyusun paket materi pengajaran
diulang.
2. Dengan
mengikuti atau membuat suatu model. menurut pendekatan ini, hasil yang
diharapkan, bisa duklasifikasikan sesuai dengan tipe-tipe tertentu. Untuk
tiap-tiap tujuan khusus dapat dililihkan cara-cara tertentu untuk mencapainya,
kondisi tertentu untuk mengamati responsi siswa bisa diciptakan dan
perubahan-perubahan bilamana perlu bisa diadakan.
Model pengembangan sistem instruksional di lain pihak
berusaha untuk menentukan prosedur secara khusus dalam mengamati berbagai macam
klasifikasi tingkah laku siswa belajar, dan prosedur untuk mengubah rangsangan
sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa sesuai dengan hasil yang diharapkan
dalam suatu interaksi dengan lingkungan. Jadi, titik beratnya adalah pada
mekanisme dan proses dalam suatu macam lingkungan tertentu, dalam suatu susunan
tertentu untuk membawa perubahan tingkah laku siswa. pengembangan sistem
instruksional menentukan kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati
perubahan tingkah laku siswa.
2.2.Proses
Pengembangan Sistem Instruksional
Prosedur
atau proses yang ditempuh oleh para pengembang sistem instruksional bisa
meliputi dua cara:
1. Dengan
pendekatan secara empiris
Proses ini
dilaksanakan tanpa menggunakan dasar-dasar teori secara sistematis. Di sini
paket atau bahan pengajaran disusun berdasar pengalaman si pengembang, siswa
disuruh mempelajari lalu hasilnya diamati. Bila hasilnya tak sesuai dengan apa
yang diharapkan, materi pengajaran tersebut direvisi dan pekerjaan penyusunan
paket (materi) pengajaran diulang.
2. Dengan
mengikuti atau membuat suatu model (paradigm approach).
Menurut pendekatan ini, hasil belajar yang diharapkan,
bisa diklasifikasikan sesuai dengan tipe-tipe tertentu. Untuk, tiap tipe
tujuan khusus (objective) dapat dipilihkan cara-cara tertentu untuk mencapainya,
kondisi tertentu untuk mengamati responsi siswa bisa diciptakan, dan
perubahan-perubahan bilamana perlu bisa diadakan. Di dalam penyusunan disain
instruksional, diadakan langkah-langkah secara sistematis, sehingga uji coba
secara empiris terhadap suatu program dapat mendorong untuk adanya informasi
mengenai efektifitas suatu program, yang sekaligus bisa untuk menguji model
tersebut.
2.3.Macam-macam
Pengembangan pembelajaran Intruksional
1. Model Briggs
Model yang dikembangkan oleh Briggs
ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran dosen atau guru yang akan
bekerja sebagai perancang instruksional maupun tim pengembangan
instruksional yang susunan anggotanya meliputi dosen, administrator, ahli
bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang instruksional. Briggs
berkeyakinan bahwa banyak pengetahuan tentang belajar-mengajar yang dapat
diterapkan untuk semua jajaran dalam bidang pendidikan dan latihan. Karena itu
dia berpendapat bahwa model ini juga sesuai untuk pengembangan program-program
latihan jabatan, tidak hanya terbatas pada lingkungan program-program akademis
saja. Di samping itu, model tersebut dirancang sebagai metodologi pemecahan
masalah instruksional.
Langkah-langkah
yang harus dilakukan guru/dosen sebagai perancang kegiatan instruksional adalah
melaksanakan pemilihan media, merencanakan KBM, melaksanakan KBM dan melakukan
evaluasi. Berkaitan dengan evaluasi tersebut, guru/dosen melakukan pemantauan
pelaksanaan, uji coba, dan revisi soal serta melakukan evaluasi sumatif.
Sedangkan
tim pengembang instruksional melaksanakan kegiatan-kegiatan, menentukan
stimulus belajar, memilih media, menentukan kondisi belajar, merumuskan
strategi instruksional, mengembangkan media, melaksanakan evaluasi dan menyusun
pedoman pemanfaatan. Dari kedua tahapan yang dilakukan oleh dosen maupun tim
pengembang kemudian didiskusikan untuk mendapatkan model perencanaan
pembelajaran terbaik.
2. Model Bela
H. Banathy
Banathy
mengembangkan rencana pembelajaran yang dimulai dari proses merumuskan tujuan.
Dari hasil rumusan tujuan tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis
kegiatan belajar dan mengembangkan tes. Hasil analisis terhadap kegiatan
belajar kemudian digunakan untuk mendesain sistem instruksional. Dari hasil
desain sistem instruksional dan pengembangan tes, kemudian dilaksanakan kegiatan
evaluasi pembelajaran. Hasil dari evaluasi pembelajaran digunakan untuk
kegiatan perbaikan. Keseluruhan proses tersebut kemudian digunakan sebagai
umpan balik dalam merumuskan tujuan.
3. Model PPSI
Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI) digunakan sebagai metode penyampaian dalam rangka
kurikulum 1975 untuk SD, SMP, dan SMA, dan kurikulum 1976 untuk sekolah-sekolah
kejuruan. PPSI menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan
yang jelas sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI menggunakan pendekatan yang
berorientasi pada tujuan.
Langkah-langkah
pengembangan dan pelaksanaan dalam model PPSI mirip dengan langkah-langkah
pengembangan dalam model Banathy. Ada 5 langkah pokok dalam PPSI, yaitu:
a. Merumuskan
tujuan instruksional, dalam hal ini TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
b. Menyusun
alat evaluasi
c. Menentukan
kegiatan belajar dan materi pelajaran
d. Merencanakan
program kegiatan
e. Melaksanakan
program
4. Model Kemp
Model
pengembangan instruksional menurut Kemp (1977), atau yang disebut desain
instruksional, terdiri dari 8 langkah, yaitu:
a. Menentukan
tujuan instruksional umum (TIU).
b. Membuat
analisis tentang karakteristik siswa.
c. Menentukan
tujuan instruksional secara spesifik, operasional dan terukur.
d. Menentukan
materi atau bahan pelajaran yang sesuai dengan TIK.
e. Menetapkan
penjagaan awal (pre-assessment).
f. Menentukan
strategi belajar-mengajar yang sesuai.
g. Mengkoordinasikan
sarana penunjang yang diperlukan.
h. Mengadakan
evaluasi.
5. Model
Gerlach dan Ely
Model yang
dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman
perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini
melibatkan 10 unsur, di antaranya:
a. Merumuskan
tujuan.
b. Menentukan
isi materi.
c. Menurut
kemampuan awal.
d. Menentukan
teknik dan strategi.
e. Pengelompokan
belajar.
f. Menentukan
pembagian waktu.
g. Menentukan
ruang.
h. Memilih
media instruksional yang sesuai.
i. Mengevaluasi
hasil belajar.
j. Menganalisis
umpan balik.
6. Model IDI (Instructional
Development Institute)
Model ini
dikembangkan oleh University Consortium for Instructional Development and
Technology (UCIDT) yang terdiri dari University of Southern California (USC),
International University di San Diego, Michigan State University (MSU),
Syracuse University, dan Indiana University.
Pengembangan
instruksional model IDI, sebagaimana model-model yang lain, menerapkan
prinsip-prinsip pendekatan sistem. Ada 3 tahapan besar pendekatan sistem,
yaitu:
a. Penentuan (define)
b. Pengembangan
(develop)
c. Evaluasi (evaluate)
Ketiga
tahapan tersebut dihubungkan dengan umpan balik (feedback) untuk
mengadakan revisi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setelah kami uraikan tentang Model – model Pengembangan Sistem
Instruksional , secara garis besar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1.
Model pengembangan sistem instruksional adalah seperangkat
prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem instruksional.
2.
Dasar – dasar Pengembangan sistem instruksional adalah
atas dasar pengalaman empiris, dan prinsip-prinsip yang telah teruji
kebenarannya.
3.
Prosedur atau proses yang ditempuh oleh para
pengembang sistem instruksional bisa meliputi dua cara: Pendekatan secara
Empiris dan Dengan mengikuti atau membuat suatu model (paradigm approach).
4.
Model – Model pengembangan instruksional, antara lain
pengembangan instruksional model Banathy, PPSI, model Kemp, model Briggs, model
Gerlach & Ely, model IDI (Instruksional Development Institute), dan
lain-lainnya.
3.2. Saran
Perlunya
mengaplikasikan model-model pengembangan system instruksional yang sesuai
dengan kondisi yang ada, agar dapat tercapai tujuan instruksional
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
1.
AECT. (1979). The defenitions of
educational technology.
2.
Washington.Banathy. (1968).
Instruction system. Belmond:
3.
Fearon.Gagne. (1988). Prinsiples of
instruction design, third edition. New York: Rinehart and Winston.Harjanto. (2006).
Perencanaan pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
4.
Miarso. (1988). Survey model
pengembangan instruksional. Jakarta: PAU-UT.
5.
Sadiman. (1986). Media pendidikan.
Jakarta: Pustekkom Dikbud..
M. Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004),
M. Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004),
6.
Mudhoffir. 1986. ”Teknologi
Instruksional”, Bandung : CV. Remadja Karya.
7.
Harjanto, 2010,”Perencanaan
Pengajaran”, Jakarta : Rineka Cipta
Langganan:
Postingan (Atom)