Senin, 01 Februari 2016

Sabtu, 23 Januari 2016

BERBAGAI MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTRUKSIONAL

BERBAGAI MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INTRUKSIONAL



http://akreditasi.net/wp-content/uploads/2015/10/20130605025409-620.jpg
Disusun Oleh :
JAMALUDIN






SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH BOGOR
Jalan Raya Dramaga Km. 7, Margajaya, Bogor Barat, Jawa Barat, Indonesia
TAHUN 2016





KATA PENGANTAR


Dengan menyebut nama Alloh SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang berbagai model pengembangan sistem intruksional.
.
Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini terutama Ma’had Huda Islami Bogor Indonesia.

Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penyusun dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang berbagai model pengembangan sistem intruksional, begitu pula manfaatnya untuk pendidikan di negri tercinta ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.





Bogor,    Januari 2016




 JAMALUDIN



Up Ribbon: 1

DAFTAR ISI




                                                                                                                     Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................        1
DAFTAR ISI.....................................................................................................        2
BAB I PENDAHULUAN   ................................................................................        3

1.1     Latar Belakang.........................................................................................        3
1.2     Rumusan Permasalahan ..........................................................................         4
1.3     Tujuan Pembuatan Makalah.......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................         5
2.1.   Definisi Pengembangan Intruksional............................................................... 5
   2.2.   Proses pengembangan system Instruksional.............................................         5
   2.3.   Macam-macam Pengembangan Pembelajaran Instruksional............................ 5

   BAB III PENUTUP                                                                                                     8
   3.1.   Kesimpulan                                                                                                       8
   3.2.   Saran                                                                                                            
Up Ribbon: 2

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang
Mengajar merupakan pekerjaan professional yang tidak bisa lepas dari berbagai macam problema, apalagi yang dihadapi masyarakat yang dinamis. Guru sebagai pendidik dan pengajar dalam melaksanakan tugasnya sering menemukan problema-problema yang dari waktu kewaktu selalu berbeda, apalagi bila dihubungkan dengan keperluan perorangan atau kemasyarakatan, maka keaneaan problematika tersebut makin luas. Sabenarnya problematika tersebut datang dari implikasi dinamika masyarakat itu sendiri, yaitu menunjukkan hidup manusia menuntut kemajuan-kemajuan yang perlu dipenuhi oleh masyarakat itu sendiri. Akan tetapi problema yang menuntut kepada penelitian yang cermat mengenai sumber-sumber penyebabnya dan akibat-akibat apa yang akan timbul bila tidak terselesaikan.
Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya, guru mempunyai banyak problema yang terkait dengan anak didik, kurikulum, metode pengajaran, dan tuntutan umum yang lainnya. Dari berbagai dinamika dan problem-problem diatas, guru masih dituntut untuk bersikap professional, walaupun tidak didukung dengan sarana yang layak, jadi disini kerja guru ekstra atau harus bekerja secara optimal.


1.2.Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan Model Pengembangan Sistem Instruksional ?
2.      Apa yang menjadi Dasar Pengembangan Sistem Instruksional ?
3.      Bagaimana proses pengembangan model sistem instruksional ?
4.      Apa saja Model – Model Pengembangan Sistem Istruksional ? 

1.3.Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar bertambahnya wawasan mahasis terhadap bagaimanakah pengembangan sitem instruksional tersebut.
Up Ribbon: 3

BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Definisi Pengembangan Instruksional

Ada dua konsep pokok yang perlu anda pahami terlebih dahulu, "model" dan "sistem instruksional". Secara umum istilah "model" diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan Sistem instruksional dibentuk oleh dua konsep "sistem" dan "instruction". "System" yang untuk selanjutnya diterjemahkan menjadi "sistem" oleh Wong dan Raulerson (1973:9) diartikan sebagai "a set of parts united by some form of interaction" suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi. "Interaction" yang diterjemahkan menjadi "pembelajaran dan pengajaran" dan "bahan instruksi" dalam arti perintah oleh Saylor dan Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum (curriculum implementation) atau dalam pengertian yang lebih khusus "instruction" merujuk pada "proses belajar mengajar" atau "proses pengajaran" (teaching-learning process).

Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemkiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran. Uraian atau penjelasan menunjukan bahwa suatu model disain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, system, dan sebagainya.
Komponen pokok sistem instruksional ialah tujuan, pengalaman belajar, pengorganisasian pengalaman belajar dan evaluasi.
Dalam merumuskan tujuan, khususnya tujuan instruksional ada dua pandangan yang dapat dijadikan pegangan.Pertama, bahwa suatu tujuan harus dirumuskan secara prilaku atau behavioral dan karena itu tujuan tersebut disebut behavioral objectives.Kedua, bahwa tujuan tidak harus dirumuskan dan diukur secara parsial tetapi dalam suatu kesatuan dapat disebut jugaexpressive objectives. Di indonesia yang paling banyak dipakai adalah behavioral objectives.
Sistem Intruksional menunjukan pada pengertian pengajaran sebagai suatu sistem, yaitu sebagai suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagai suatu sistem, pengajaran mengandung sejumlah komponen, antara lain: materi pelajaran, metode, alat, evaluasi, yang kesemuanya itu berinteraksi satu sama lain di dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Up Ribbon: 4Pada zaman dahulu, rencana untuk mengembangkan sistem dan desain instruksional kebanyakan dibuat berdasarkan atas intuisi, maksud yang jelas, dan penilaian yang subjektif.Namun, pada dewasa ini dengan berkembangnya teori-teori tentang bagaimana siswa belajar, berkembangnya macam-macam paket atau media belajar, ditemukannya metode-metodebelajar baru, telah mendorong para pendidik untuk mencari pendekatan baru dalam mengembangkan sistem dan desain instruksional.
Pendekatan baru ini didasarkan atas kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat kompleks terdiri atas banyak komponen yang satu sama lain harus bekerja bersama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Pengembangan perencanaan untuk tujuan tersebut yang sekarang mendapat perhatian besar adalah didasarkan atas konsep sistem. Konsep sistem ini menurut kemp "refers to the technical integration of men and machine”.
Konsep pendekatan sistem tersebut membedakan mana-mana tugas yang kiranya lebih baik bila dikerjakan oleh manusia, dan mana yang paling baik bila dilakukan oleh mesin.Diterapkan kepada kegiatan pendidikan, konsep pendekatan sistem pada hakikatnya adalah proses untuk menemukan suatu cara untuk memecahkan problem pendidikan dan mencari alternatif pemecahannya.Mengembangkan berarti "membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya".

Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan. Sistem instruksional adalah semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya.Definisi pengembangan instruksional adalah "suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya. Pengembangan sistem instruksional lebih lanjut meliputi proses "monitoring" interaksi siswa dengan situasi dan pengalaman belajar, agar para penyusun desain instruksional dapat menilai efektivitas suatu desain.

Dua macam proses pengembangan sistem instruksional. Prosedur atau proses yang ditempuh  oleh para pengembang instruksional bisa meliputi dua cara:
1.      Dengan  pendekatan secara empiris. Disini paket atau bahan pengajaran disusun berdasarkan pengalaman si pengembang, siswa disuruh mempelajari lalu hasilnya diamati. Bila hasilnya tidak sesuaidengan apa yang diharapkan, materi pengajaran tersebut direvisi dan pekerjaan penyusun paket materi pengajaran diulang.
Up Ribbon: 52.      Dengan mengikuti atau membuat suatu model. menurut pendekatan ini, hasil yang diharapkan, bisa duklasifikasikan sesuai dengan tipe-tipe tertentu. Untuk tiap-tiap tujuan khusus dapat dililihkan cara-cara tertentu untuk mencapainya, kondisi tertentu untuk mengamati responsi siswa bisa diciptakan dan perubahan-perubahan bilamana perlu bisa diadakan.

Model pengembangan sistem instruksional di lain pihak berusaha untuk menentukan prosedur secara khusus dalam mengamati berbagai macam klasifikasi tingkah laku siswa belajar, dan prosedur untuk mengubah rangsangan sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa sesuai dengan hasil yang diharapkan dalam suatu interaksi dengan lingkungan. Jadi, titik beratnya adalah pada mekanisme dan proses dalam suatu macam lingkungan tertentu, dalam suatu susunan tertentu untuk membawa perubahan tingkah laku siswa. pengembangan sistem instruksional menentukan kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati perubahan tingkah laku siswa.

2.2.Proses Pengembangan Sistem Instruksional 
Prosedur atau proses yang ditempuh oleh para pengembang sistem instruksional bisa meliputi dua cara:
1.      Dengan pendekatan secara empiris
Proses ini dilaksanakan tanpa menggunakan dasar-dasar teori secara sistematis. Di sini paket atau bahan pengajaran disusun berdasar pengalaman si pengembang, siswa disuruh mempelajari lalu hasilnya diamati. Bila hasilnya tak sesuai dengan apa yang diharapkan, materi pengajaran tersebut direvisi dan pekerjaan penyusunan paket (materi) penga­jaran diulang.
2.      Dengan mengikuti atau membuat suatu model (paradigm approach).
Menurut pendekatan ini, hasil belajar yang diharapkan, bisa diklasi­fikasikan sesuai dengan tipe-tipe tertentu. Untuk, tiap tipe tujuan khusus (objective) dapat dipilihkan cara-cara tertentu untuk menca­painya, kondisi tertentu untuk mengamati responsi siswa bisa dicip­takan, dan perubahan-perubahan bilamana perlu bisa diadakan. Di dalam penyusunan disain instruksional, diadakan langkah-langkah secara sistematis, sehingga uji coba secara empiris terhadap suatu program dapat mendorong untuk adanya informasi mengenai efektifitas suatu program, yang sekaligus bisa untuk menguji model tersebut. 

2.3.Macam-macam Pengembangan pembelajaran Intruksional
1.      Model Briggs
Up Ribbon: 6Model yang dikembangkan oleh Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran dosen atau guru yang akan bekerja sebagai perancang  instruksional maupun tim pengembangan instruksional yang susunan anggotanya meliputi dosen, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang instruksional. Briggs berkeyakinan bahwa banyak pengetahuan tentang belajar-mengajar yang dapat diterapkan untuk semua jajaran dalam bidang pendidikan dan latihan. Karena itu dia berpendapat bahwa model ini juga sesuai untuk pengembangan program-program latihan jabatan, tidak hanya terbatas pada lingkungan program-program akademis saja. Di samping itu, model tersebut dirancang sebagai metodologi pemecahan masalah instruksional.
Langkah-langkah yang harus dilakukan guru/dosen sebagai perancang kegiatan instruksional adalah melaksanakan pemilihan media, merencanakan KBM, melaksanakan KBM dan melakukan evaluasi. Berkaitan dengan evaluasi tersebut, guru/dosen melakukan pemantauan pelaksanaan, uji coba, dan revisi soal serta melakukan evaluasi sumatif.
Sedangkan tim pengembang instruksional melaksanakan kegiatan-kegiatan, menentukan stimulus belajar, memilih media, menentukan kondisi belajar, merumuskan strategi instruksional, mengembangkan media, melaksanakan evaluasi dan menyusun pedoman pemanfaatan. Dari kedua tahapan yang dilakukan oleh dosen maupun tim pengembang kemudian didiskusikan untuk mendapatkan model perencanaan pembelajaran terbaik.
2.      Model Bela H. Banathy
Banathy mengembangkan rencana pembelajaran yang dimulai dari proses merumuskan tujuan. Dari hasil rumusan tujuan tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis kegiatan belajar dan mengembangkan tes. Hasil analisis terhadap kegiatan belajar kemudian digunakan untuk mendesain sistem instruksional. Dari hasil desain sistem instruksional dan pengembangan tes, kemudian dilaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Hasil dari evaluasi pembelajaran digunakan untuk kegiatan perbaikan. Keseluruhan proses tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik dalam merumuskan tujuan.
3.      Model PPSI
Up Ribbon: 7Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) digunakan sebagai metode penyampaian dalam rangka kurikulum 1975 untuk SD, SMP, dan SMA, dan kurikulum 1976 untuk sekolah-sekolah kejuruan. PPSI menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan.
Langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan dalam model PPSI mirip dengan langkah-langkah pengembangan dalam model Banathy. Ada 5 langkah pokok dalam PPSI, yaitu:
a.    Merumuskan tujuan instruksional, dalam hal ini TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
b.    Menyusun alat evaluasi
c.    Menentukan kegiatan belajar dan materi pelajaran
d.   Merencanakan program kegiatan
e.    Melaksanakan program
4.      Model Kemp
Model pengembangan instruksional menurut Kemp (1977), atau yang disebut desain instruksional, terdiri dari 8 langkah, yaitu:
a.    Menentukan tujuan instruksional umum (TIU).
b.    Membuat analisis tentang karakteristik siswa.
c.    Menentukan tujuan instruksional secara spesifik, operasional dan terukur.
d.   Menentukan materi atau bahan pelajaran yang sesuai dengan TIK.
e.    Menetapkan penjagaan awal (pre-assessment).
f.     Menentukan strategi belajar-mengajar yang sesuai.
g.    Mengkoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan.
h.    Mengadakan evaluasi.

5.      Model Gerlach dan Ely
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini melibatkan 10 unsur, di antaranya:
a.       Merumuskan tujuan.
b.      Menentukan isi materi.
c.       Menurut kemampuan awal.
d.      Menentukan teknik dan strategi.
e.       Pengelompokan belajar.
f.       Menentukan pembagian waktu.
g.      Menentukan ruang.
Up Ribbon: 8h.      Memilih media instruksional yang sesuai.
i.        Mengevaluasi hasil belajar.
j.      Menganalisis umpan balik.

6.      Model IDI (Instructional Development Institute)
Model ini dikembangkan oleh University Consortium for Instructional Development and Technology (UCIDT) yang terdiri dari University of Southern California (USC), International University di San Diego, Michigan State University (MSU), Syracuse University, dan Indiana University.
Pengembangan instruksional model IDI, sebagaimana model-model yang lain, menerapkan prinsip-prinsip pendekatan sistem. Ada 3 tahapan besar pendekatan sistem, yaitu:
a.       Penentuan (define)
b.      Pengembangan (develop)
c.       Evaluasi (evaluate)
Ketiga tahapan tersebut dihubungkan dengan umpan balik (feedback) untuk mengadakan revisi.
Up Ribbon: 9

BAB III
PENUTUP


3.1.      Kesimpulan
Setelah kami uraikan tentang Model – model Pengembangan Sistem Instruksional , secara garis besar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1.      Model pengembangan sistem instruksional adalah se­perangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem instruksional.
2.      Dasar – dasar Pengembangan sistem instruksional adalah atas dasar pengalaman empiris, dan prinsip-prinsip yang telah teruji kebenarannya.
3.      Prosedur atau proses yang ditempuh oleh para pengembang sistem instruksional bisa meliputi dua cara: Pendekatan secara Empiris dan Dengan mengikuti atau membuat suatu model (paradigm approach).
4.      Model – Model pengembangan instruksional, antara lain pengembangan instruksional model Banathy, PPSI, model Kemp, model Briggs, model Gerlach & Ely, model IDI (Instruksional Development Institute), dan lain-lainnya. 
3.2.      Saran 

Perlunya mengaplikasikan model-model pengembangan system instruksional yang sesuai dengan kondisi yang ada, agar dapat tercapai tujuan instruksional tertentu. 












Up Ribbon: 10

DAFTAR PUSTAKA





1.      AECT. (1979). The defenitions of educational technology.
2.      Washington.Banathy. (1968). Instruction system. Belmond:
3.      Fearon.Gagne. (1988). Prinsiples of instruction design, third edition. New York: Rinehart and Winston.Harjanto. (2006). Perencanaan pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
4.      Miarso. (1988). Survey model pengembangan instruksional. Jakarta: PAU-UT.
5.      Sadiman. (1986). Media pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbud..
M. Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004),
6.      Mudhoffir. 1986. ”Teknologi Instruksional”, Bandung : CV. Remadja Karya.

7.      Harjanto, 2010,”Perencanaan Pengajaran”, Jakarta : Rineka Cipta